Rabu, 04 April 2012

Terapi ABK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga pada peserta didik anak berkebutuhan khusus, mereka perlu mendapat layanan pendidikan dan rehabilitasi yang dibantu pihak Medik, Sosial, Pendidikan dan keterampilan yang terkoordinasi dalam upaya melatih kemampuan fungsionalnya setinggi mungkin.
Anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak autis yang mengalami berbagai hambatan perlu disiapkan, dididik sehingga ia bisa menjadi mandiri dan mampu mengahadapi kehidupan sehari-hari dan menyelesaikan problema-problemanya secara mandiri berkat pendidikan.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak berkebutuhan khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan program- program rehabilitasi. Oleh karena itulah makalah tentang pola layanan rehabilitasi dan hasil observasi di SD Bhakti Wiyata yang menerapkan pendidikan dan rehabilitasi kami anggap penting dan perlu dibahas.

1.2  Rumusan masalah
1.      Apa saja jenis-jenis dari rehabilitasi itu?
2.      Program apa saja yang ada didalam pelaksanaan rehabilitasi
3.      Siapa saja yang turut serta dalam pelaksanaan rehabilitasi?
4.      Bagaimana hasil observasi yang dilakukan di SD Bhakti Wiayata?

1.3  Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita, mahasiswa PLB pada khususnya dan seluruh guru pendidikan luar biasa pada umumnya dapat mengetahui jenis-jenis rehabilitasi, program-program rehabilitasi, dan tenaga-tenaga yang ikut turut serta dalam pelaksaan rehabilitasi. Dan pada akhirnya dapat benar-benar menjadi guru yang professional yang mampu mencetak anak berkebutuhan khusus menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Jenis-jenis rehabilitasi
Rehabilitasi terdiri dari tiga jenis dimana satu sama lainnya berkaitan erat dalam menangani  suatu kasus
1.    Rehabilitasi Medis ( Medical Rehabilition )
     menurut M. Minn ( Ahmad Tohamuslim 1985:3 ) Rehabilitasi medis adalah lapangan specialisasi ilmu kedokteran baru, berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi/cedera, kehilangan fungsi/disability, yang berasal dari susunan otot-tulang, susunan otot syaraf, susunan jantung dan paru-paru, serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kelainan tersebut.
Tujuan rehabilitasi medis( Ahmad tohamuslim 1985:7 )Mempunyai tujuan yaitu:
ü  Jangka pendek
Pasen segera keluar dari tempat tidur dapat berjalan tanpa atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.
ü              Jangka panjang
Psen dapat hidup kembali ditengah masyarakat, paling tidak mampu memelihara diri sendiri, ideal dan dapat dan kembali kepada kegiyatan kehidupan semula paling tidak mendekatinya.

2.    Rehabilitasi Karya ( Vocational Rehabilitation )
            Organisasi perburuhan internasional rokamdasi nomor 99 tahun 1955 tentang rehabilitasi vocasional untuk penyandang cacat ( Depneker 1981:14 ), memberikan definisi sebagai berikut:
Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang  menyangkut pengadaan pelayanan pelayanan dibidang jabatan seperti bimbingan jabatan, latihan kerja, penempatan yang selectif, adalah diadakan guna memungkinkan para penderita kebutuhan memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Dari definisi tersebut maka kegiatan dalam rehabilitasi vocasional meliputi:
            Pertama Kegiatan evaluasi, baik medis, personal, sosial maupun vocasional, dengan melalui berbagai teknik dan oleh para ahli yang berwewenang, dan menggunakan data dari berbagai sumber yang ada.
            Kedua bimbingan vocasional, ialah membantu individu untuk mengenal dirinya, memahami dirinya, memahami dirinya dan menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya.
Adapun pelayanan-pelayanan yang dapat diberikan dalam bimbingan-bimbingan  rehabilitasi vocasional seperti:
·         Bimbingan dan Konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan diberikan.
·         Pelayanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosional.
·         Pelayanan membaca, pelayanan oreintasi dan mobilitasi bagi tunanetra dan banyak lagi pelayanana n yang dapat diberikan dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi vocasional ini.
·         Pelayanan kepada keluarga, karena hal ini perlu untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi  yang diberikan kepada penderita atau kelien
·         Pelayanan pemulihan, pemugara, fisik, mental, psikologis, dan emosional
·         Pelayanan penterjemah. interpreter untuk tunarungu
·         Sebelum latihan kerja ataupun memberikan bekal ketrampilan tenaga rehabilitasi, intruktur, bersama-sama dengan klien dan juga orangtua, wali, atau keluarga lain menyesuaikan program rehabilitasi atas tujuan vokasional.
            Ketiga latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan pekerjaan yang sesuai untuknya.
            Keempat penempatan kerja dan follow up setelah mendapat latihan kerja dan individu sudah memiliki ketrampilan bekerja, maka individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik sebagai karyawan pemerintah maupun sebagai karyawan perusahaan/swasta, Atau kembalikemasyarakat dengan berusahasendiri.
3.    Rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation )
          Rehabilitasi Sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi penderita hambatan yang berusaha untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi semaksimal mungkin pengaruh negatif yang disebabkan kehambatannya, sehingga penderita dapat aktif dalam kehidupan dimasyarakat.
Tujuan rehabilitasi sosial adalah segala upaya untuk:
·      Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaarn serta tanggung jawab terhaap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.
·      Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
·      Pencegahan
     Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat, baik masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri, maupun masalah yang datang dari lingkungannya
·      Tahap rehabilitasi
Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan mental, bimbingan ketrampilan.
·      Resosialisasi
Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
·      Pembinaan tidak lanjut
Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan klien dalam proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan, dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui apakah klien dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima di masyarakat.


2.2    Program-program rehabilitasi
Program rehabilitasi disusun atau dibuat berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu rehabilitasi. Dalam menyusun program yang tak boleh dilupakan adalah mengikut sertakan klien dan kluarga klien. Karena klien lah yang akan menjalankan rehabilitasi dank lien lah yang akan mengambil manfaat dari program rehabilitasi yang disusun dan direncanakan tersebut. Sehingga rehabilitasi yang bersifat pencegahan, pengembangan, dan perubahan-perubahan sosial yang terarah dan terencana dengan sasaran utama adalah potensi dan sumber-sumber kesejahteraan sosial serta keluarga dan lingkungan sosial.
Pada dasarnya program rehabilitasi adalah semua proses dalam kegiatan rehabilitasi yang saling berkaitan mulai dari kegiatan administrasi, ketenagaan, proses rehabilitasi dan penyaluran, kesemuanya diarahkan kepada untuk membantu klien dalam usaha mencapai kesejahteraan baik lahiriah maupun rohaniah yang setinggi-tingginya.
Program rehabilitasi itu sendiri antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Program Therapi Fisik
·         Kegiatannya:
a.  evaluasi kemampuan gerak seperti duduk merangkak, berdiri, berjalan menggerakkan anggota tubuh.
b. latihan : reedukasi motorik, berjalan, menggunakan alat-alat bantu seperti    menggunakan tongkat, kruk, kursi roda.
·         Tujuannya: mengembangkan kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan belajar menggunakan alat-alat bantu.
2.      Program Therapi Okupasional
Program ini memusatkan pada latihan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian, bersolek dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan latihan keluesan dan mrnggunakan alat-alat bantu tujuannya: mengembangkan kemandiriannya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
3.      Program Rekreasi
Program rekreasi ini dapat juga dalam therapy bermain, dimana penyembuhan melalui permainan yang sesuai dengan kelainannya, dan program rekreasi ini  sebagai sarana maupun sasaran perubahan tingkah laku yang sifatnya menyembuhkan.
·         Kegiatannya: permainan yang dilakukan dalam ruangan maupun diluar ruangan, berdarmawisata, permainan kelompok, menyanyi dan camping.
·         Tujuannya: sosialisasi dan mengembangkan pengalaman perilaku.
4.      Program Vokasional
·         Kegiatannya: program pra-vokasional dalam keterampilan dasar, evaluasi vokasional terhadap dunia kerja, shalterd workshop, penempatan intrensif dalam perusahaan dankegiatan lain yang menunjang untuk mendapatkan penghasilan setelah selesai menjalankan program rehabilitasi.
·         Tujuannya: mempersiapkan penyandang cacat untuk mencapaipenampilan diri yang bermanfaat, atau mempersiapkan para penyandang cacat menjadi individu yang produktif, bekerja di shelterd workshop atau dimasyarakat.
5.      Program Bicara dan Pendengaran
·         Kegiatannya: evaluasi mekanisme bicara, pola bicara, kemamouan berbahasa, tes audiometer untuk mengetahui ketajaman pendengaran, referral untuk alat bantu dengar, terapi bicara, latihan dalam komunikasi non verbal, mengembangkan kemampuan komunikasi verbal, latihan pendengaran.
·         Tujuan : treatmen gangguan bicara dan pendengaran dan mengembangkan keterampilan komunikasi.
6.      Program Psikologis
·         Kegiatannya:
ü  Evaluasi tingkatan kecerdasan, perkembangan kepribadian dan attitude-attitude umum.
ü  Assessment kemampuan latihan dan kemampuan pendidikan.
ü  Konseling dan therapy jangka pendek untuk problem-problem emosi.
ü  Identifikasi kesulitan belajar, partisipasi dalam perencanaan pendidikan, program sosial dan vokasional.
ü  Bimbingan dan penyuluhan kepada orang tua.
·         Tujuannya: menentukan kemampuan dan kebutuhan individual, memberikan konseling dan psikotherapi.
7.      Program Pelayanan Sosial
·         Kegiatannya:
ü  Aplikasi pendekatan case-work untuk mengetahui lingkup keluarga, interpersonal relationship antara kedua org tua.
ü  Interview berkala dengan orang tuauntuk mngetahui dan mendapatkan kerja sama dalam membantu dan mengetahui kebutuhan klien.
ü  Diskusi kelompok antara orang tua untuk mendapatkan saling pengertian, menurunkan pikiran dan saling bantu membantu dalam menghadapi masalah.
ü  Merencanakan penggunaan sumber dari masyarakat (misalnya dari lembaga sosial lain, bantuan pemerintah dan penempatan tinggal).
·         Tujuannya: mendorong partisipasi orang tua dan membantu mengatasi problem pribadi maupun problem sosial.
8.      Program Pendidikan dan Latihan
·         Kegiatannya: penyelenggaraan sekolah mulai TK sampai tingkat lanjutan, sampai program kasiapan sekolah, kelas-kelas pendidikan khusus. Bagi yang sudah menginjak masa remaja diberikan pelajaran berumah tangga, pendidikan seks.
·         Tujuannya: mengembangkan keterampilan intelektual, sosial dan mengurus diri sendiri dan remedial bagi yang kesulitan belajar.

9.      Program Orientasi dan Mobilitas

·         Kegiatannya: melatih indra-indra mengembangkan kemampuan orientasi lingkungan disekitarnya dengan menggunakan indera-indera yang masih berfungsi.
Melatih gerak, berpindah tempat berjalan dengan tongkat maupun sendiri.
·         Tujuannya: mengembangkan keterampilan orientasi dan mobilitas agar dapat bepergian, berjalan dengan aman dan lancer, mengadakan hubungan sosial dengan baik.
Program Rehabilitasi untuk Berbagai Jenis Kelainan
Paling tidak ada lima jenis anak atau individu yang mengalami kelainan, dimana setiap jenis mempunyai ciri dan karakteristik sendiri. Sudah tentu rehabilitasi yang diberikan disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan anak atau individu tersebut, seperti misalnya:
a.      Tunanetra
1.      Mendapat laporan fisik dan mata
2.      Biasanya rehabilitasi counselor datang kerumah untuk melatih keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari (Activity of Daily Living)
3.      Rehabilitasi bagi tunanetra biasanya termasuk belajar disuatu tempat latihan kerja, melatih keterampilan komunikasi, belajar berjalan dengan tongkat, melatih indra-indra pendengaran.
4.      Mengembangkan gambaran diri (self image, body image), melatih cara poster yang baik.
5.      Membantu penyandang tunanetra untuk berhubungan dengan orang lain, menempatkan diri bagaimana menghadapi sikap yang merendah, dan selalu ingin menolong.
6.      Member bimbingan kepada keluarga, dimana keluarga harus belajar kapan anak perlu dibantu dan kapan membiarkan anak melakukan kegiatannya sendiri.
7.      Program yang diberikan biasanya: orientasi dan mobilitas, rekreasi, vokasional, psikologis, pelayanan sosial, pendidikandan latihan dan okupasional.


b.      Tunarungu Wicara
Tunarungu wicara masalah utamanya adalah dalam perkembangan bicaranya, kemampuan dan berbahasa dan kesulitan dalam keterampilan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Biasanya dimulai dengan evaluasi alat bicara, kemampuan bicara dan kemampuan mendengar.
Program rehabilitasi yang diberikan biasanya adalah program bicara dan pendengaran, program rekreasi, program vokasional, program psikologis. Program pelayanan sosial dan program program pelayanan dan latihan.

c.       Tunagrahita
Tingkat kecerdasal dibawah normal, serta hambatan dan perkembangan sosial.
Program rehabilitasi yang diberikan biasanya: program okupasional, program rekreasi, program rehabilitasi fisik bagi yang berat, program bicara karena sering disertai dengan gangguan bicara, program pelayanan sosial, program psikologis, program vokasional yang didalamnya termasuk shalterd workshop.
d.      Tunadaksa
Anak yang mempunyai tunadaksa ini ada dua jenis yaitu
·         Celebral Palsy (CP)
1.      Disebabkan karena jaringan otak
2.      Tidak ada pengendalian otot dan gerak
3.      Ada gangguan pengindraan dan kecerdasan
Program rehailitasi yang diberikan harus memenuhi seluruh aspek. Celebral palsy merupakan gangguan kompleks karena itu rehabilitasi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak
·         Poliomyelitis
Disebabkan oleh virus pada neorosis system
Treatment dan rehabilitasi
ü  Evaluasi dari gangguan-gangguan fisik yang disebabkan oleh virus
ü  Latihan otot melalui physioteraphi
ü  Belajar mengggunakan alat-alat bantu
Program rehabilitasi yang diberikan berupa program fisik, maupun terapi okupasional, program rekreasi, program vokasional, program psikologis, program pelayanan sosial dan program pendidikan dan latihan.
e.       Tunalaras
Berbeda dengan kelainan fisik dan mental, tunalaras adalah penyandang kelainan tingkah laku, yang disebabkan emosi dan perkembangan sosial yang terhambat. Dimulai dengan evaluasi psikologis (emosi,sosial,dan kecerdasan). Adapun program rehabilitasi yang diberikan adalah: psikologis, internalisasi nilai, re-adjustmen, modifikasi perilaku, program rekreasi, program vokasionalda program pelayanan sosial.
2.3    Tenaga-tenaga rehabilitasi
Dalam melakukan rehabilitasi terdapat banyak orang yang terlibat didalamnya yang terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis.
A.  Tenaga-Tenaga Rahabilitas Medis
Ø  Psychiatrist
Adalah dokter dengan spesialisasi dalam diagnosis,tretment dan preventif gangguan-gangguan mental dan emosi.
Ø  Neurolog
Adalah dokter ahli syaraf,mendiagnosa dan pemnyembuh penyakit-penyakit organis dan gangguan-gangguan pada sistem syaraf.
Ø  Ahli Ortopedi
Dokter ahli tulang atau bedah tulang, menangani penyakit dan deformasi dari tulang,sendi-sendi,otot-otot dan sebagainya dengan menggunakan prosedur terapi fisik (fisioterapi) medis atau pembedahan tulang.
Ø  Ahli Opthalmologi
Mendiagnosa dan menangani penyakit pada mata. Dokter mata inin menentukan sifat dan tingkat keparahan gangguan. Memeberikan pengobatan atau melakukan pembedahan,mengarahkan prosedur medis dan rehabilitas untuk meningkatkan penglihatan atau penggunaan sisa-sisa penglihatan semaksimal mungkin,melatih mata.





B. Tenaga -Tenaga Rehabilitas Non Medis

Ø  Psikolog Rehabilitas
Adalah Psikolog yang mencurahkan perhatian dan waktunya pada rehabilitas,terutama yang menyangkut psikologis klinis,dan konseling.
Ø  Social Worker (Pekerja Sosial)
Sebagai tenaga profesional, Social worker atau pekerja sosial merupakan tenaga dengan keterampilan tinggi yang spesialisasinya membentuk individu, keluarga yang mengalami problem-problem personal yang bersumber dari adanya penyakit atau kelainan, masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, finansial, kehidupan sosial, perawatan dan reaksi-reaksi emosi.
Ø  Penyuluh Rehabilitas ( Rehabilitation Counselor)
Ialah tenaga profesional yang berlatar belakang latihan khusus, berbentuk pengetahuan dan keterampilan untuk meng-evaluasi dan menuntun,memberikan petunjuk individu-individu yang mengalami kelainan fisik, mental dan emosional pada berbagai tingkatan dalam proses rehabilitas.
Ø  Ahli Pendidikan Luar Biasa
Ialah tenaga profesional yang berlatar belakang pendidikan khusus untuk anak luar biasa, dengan berbekal keterampilan pendidikan khusus dapat memberikan layanan rehabilitas pendidikan, bimbingan dan penyuluhan, keterampilan pada individu yang mengalami kelainan, keluarga, dan masyarakat.
Ø  Ahli Patolog Bicara dan Audiolog
Dalam bidang rehabilitas speeck pathologis dan audiologist berfungsi dalam berbagai macam setting, misalnya pada rehabilitas medis, rehabilitas vokasional,pusat-pusat gangguan komunikasi, di sekolah luar biasa.
Ø  Ahli Terapi Rekreasi
Ahli terapi rekreasi menyusun rencana dan program, memimpin aktivitas-aktivitas rekreasi untuk para klien.
Ø  Ahli Terapi Fisik
Memegang peranan penting dalam rehabilitas penyandang kelainan fisik dan bertanggung jawab atas evaluasi dari pada kemampuan fisik dan keterbatasan fisik dan melaksanakan treatment sesuai dengan kesepakatan tim.
Ø  Prostetist dan Orthotist
Adalah tenaga profesional yang mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam mengukur,membuat dan mengepaskan komponen rubuh palsu (kaki palsu,tangan palsu) atau alat-alat penunjang bagian tubuh yang lumpuh,lemah atau sakit.
Ø  Ahli Terapi Okupasional
Membantu individu mencapai dan meningkatkan kemampuan untuk menjalankan fungsinya dalam activity of daily living (Aktivitas kehidupan sehari-hari),ke tingkat kemandirian semaksimal mungkin.
Ø  Instruktur Orientasi dan Mobilitas
Melatih penyandang tunanetra untuk mengembangkan keterampilan orientasi diri dalam lingkungannya dan bergerak, berpindah tempat secara mandiri dan aman serta penuh kepercayaan diri.

2.4    Hasil observasi   
Ø  Jenis rehabilitasi
SD Bhakti Wiyata Bratang bukan sekolah luar biasa (SLB), juga bukan sekolah INKLUSI, tetapi sekolah formal. Anehnya sekolah SD formal ini siswa-siswanya terdiri dari anak berkebutuhan khusus (ABK). ABK tersebut terdiri dari 60 siswa dengan, yakni 29 anak autis, 16 AKB, 2 CIPI 9 down syndrom dan 3 slow learner dengan jumlah guru 32 orang. Didalam pembelajaran yang dilakukan di SD Bhakti Wiyata menerapkan rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation ), yang bertujuan untuk
·      Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaarn serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.

·      Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Sebenarnya Rehabilitasi social yang kami maksudkan disini adalah pemberian terapi perilaku yang dilakukan secara individual yakni 1 guru 1 sampai 2 murid. Dimana terapi perilaku ini dilakukan 1 jam setelah jam setelah pembelajaran kognitif yang dilakukan 1 jam juga.



Ø  Program-program rehabilitasi
Program pembelajaran dan rehabilitasi yang diberikan kepada ABK disesuaikan dengan kebutuhan anak, jadi meskipun program pembelajaran dan rehabilitasinya mengacu kepada kurikulum umum tetapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan anak yakni kurikulum itu dimodifikasi oleh guru.
Guru-guru yang berada di SD Bhakti Wiyata sangat fleksebel, artinya apapu bentuk pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi anak.
Klasifikasi kelas di SD Bhakti Wiyata terbagi menjadi 3, yakni terapi murni, pra kelas dan regular dan waktu pembelajarannya ada sift 1, 2 dan full day. Dimana dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan model pembelajaran klasikal akan tetapi individual, yakni 1 guru memegang 1 anak dan ada juga yang 2 anak.

Program rehabilitasi yang diberikan diantaranya adalah
ü  Program Therapi Fisik
ü  Program therapy perilaku
ü  Program Therapi Okupasional
ü  Program bermain
ü  Program therapy wicara
ü  Program Psikologis
ü  Program Pelayanan Sosial
ü  Program Pendidikan dan Latihan
ü  Program brain gym
Dalam pemberian program rehabilitasi tersebut diatas. Guru beracuan pada PPI yang sudah dibuat dan seperti sekolah pada umumnya dan tiap akhir semester melakukan ujian sebagai evaluasi hasil belajar dari para siswa yang hasilnya akan dilaporkan pada orang tua masing-masing dalam buku raport dalam bentuk narasi.





Ø  Tenaga-tenaga rehabilitasi
1.        Kepala sekolah yang juga merangkap sebagai Psikolog
2.        Penyuluh Rehabilitas ( Rehabilitation Counselor)
3.        Ahli Pendidikan Luar Biasa
4.        Ahli Terapi Fisik
5.        Ahli Terapi Okupasional
6.        Instruktur brain gym
7.        Guru pendamping


BAB III
3.1    Kritik
SD Bhakti Wiyata kurang terbuka pada mahasiswa dan instansi lainnya dalam menunjukkan pemberian terapi-terapi yang dilakukan pada siswa. Sehingga mahasiswa yang melakukan observasi agak kesulitan ketika mencari informasi yang lengkap tentang cara dan metode pemberian terapi yang dilakukan disana .
Karena kebanyakan siswa yang bersekolah di SD Bhakti Wiyata berasal dari keluarga dengan tingkat perekonomian menengah keatas, mereka tidak pernah meminta bantuan dana dari pihak dinas social dan lainnya karena sudah mengandalkan dana dari iuran orang tua siswa.

3.2    Saran
Sebaiknya SD Bhakti bisa lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang pembelajaran dan pemberian terapi yang diberikan disana, terutama pada mahasiswa pendidikan luar bisa guna menambag pengetahuan agar ketika sudah terjun sendiri dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus bisa memberi pembelajaran dan rehabilitasi atau terapi-terapi dengan tepat, baik, dan sesuai.

3.3    Kesimpulan
SD Bhakti Wiyata bukan sekolah luar biasa (SLB), juga bukan sekolah INKLUSI, tetapi sekolah formal sedangkan  siswa-siswanya terdiri dari anak berkebutuhan khusus (ABK) Pembelajaran yang diberikan selama 2 jam yakni : 1 jam untuk akademik dan 1 jam untuk terapi. Dimana di sekolah ini siswa diberi program rehabilitasi dalam hal ini dalam bentuk terapi-terapi yang bertujuan untuk  menjadikan anak berkebutuhan khusus yang bersekolah disana menjadi lebih mandiri dan lebih baik dari sebelumnya serta mampu bertanggung jawab terhadap masa depan dirinya, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.
.